Keyword atau kata kunci adalah salah satu elemen yang dianggap paling penting dalam dunia SEO.
Gak heran, banyak blogger hingga SEO specialist yang betul-betul merhatiin keyword saat proses pembuatan konten di website.
Tapi, selama berkarir di SEO, penulis sering nemuin miskonsepsi tentang keyword.
Miskonsepsi kaya gimana maksudnya?
Oke, kita pakai contoh yang umum kaya kalimat di bawah ini.
“Ngapain ngincer keyword yang volumenya 0 kaya gitu?”
“Waduh, keyword ini volumenya 0. Berarti gak ada yang nyari dong?”
“Mas/Mba, boleh ganti topik pembahasannya gak? Ini volume keywordnya 0”
Kalau kamu sekarang lagi belajar atau sudah masuk dunia SEO, pasti pernah denger kalimat kaya gitu setidaknya sekali.
Mau itu dari atasan, klien, ataupun dari sesama pelaku SEO.
Atau, bisa jadi kamu sendiri yang pernah ngomong kaya gitu?
Contoh kalimat kaya di atas muncul karena ada kekeliruan dalam memahami keyword dan turunannya. Padahal, yang mereka lagi omongin itu adalah search query atau kueri.
Hmmm, istilah apa lagi itu? Apa bedanya search query dan keyword?
Nah, pada kesempatan ini, kita akan bahas search query secara lengkap dan membongkar miskonsepsi yang ada di antara pelaku SEO ataupun digital marketer.
Ini pemahaman yang WAJIB BANGET kamu pahami kalau mau belajar ataupun jadi pelaku SEO. Jadi, pastikan kamu simak artikel ini baik-baik. Oke?
Sudah siap?
Belajar Apa Kita Hari Ini?
Apa Itu Search Query?
Oke, sekarang kita masuk dulu ke pembahasan paling dasar – apa yang dimaskud dengan search query?
Search query adalah kata atau frasa yang diketik oleh audiens di mesin pencari atau tools AI.
Simpel.
Misal saat kamu lagi cari informasi di Google ataupun ChatGPT – apapun tulisan yang kamu ketik di kotak pencarian, itulah yang kita sebut search query.
Search Query vs Keyword, Apa Bedanya?
Perbedaan antara search query dan keyword yang paling mencolok bisa kita lihat dari definisi dan penerapannya.
Keyword atau kata kunci adalah kata atau frasa yang dipakai untuk nentuin dan ngembangin topik dari suatu konten. Selain itu, keyword juga dipakai untuk nentuin strategi SEO.
Jadi, kalau kamu ngetik frasa di tool riset kata kunci kaya Ahrefs, Mangools, dan sebagainya – itu kamu sedang cari tahu estimasi volume pencarian dari kueri, bukan keyword.
Coba deh kamu cari tahu volume pencarian “restoran steak Jakarta” dan “restoran steak di Jakarta” – jangan kaget kalau hasilnya beda. Padahal, maksudnya sama persis.

See? Bedanya cuma ada kata “di”.
Artinya, kueri dengan volume 0 gak bisa dijadikan tolak ukur kalau topik yang ada di dalamnya gak ada yang nyari. Banyak kok kueri volume 0 tapi masih bisa ngasi traffic.
Nah, kalau kueri adalah kata atau frasa yang audiens ketik di mesin pencari ataupun AI.
Audiens sebenarnya gak peduli dengan keyword dari sebuah halaman website. Mereka cuma mau dapat jawaban dari apa yang mereka cari.
Tapi, untuk SEO specialist ataupun marketer – paham kueri yang audiens ketik penting banget agar kita bisa tahu keyword yang seharusnya kita optimasi di website.
Sekarang, kita coba pakai studi kasus biar kita lebih gampang memahami bedanya kueri dan keyword ini.
Misal, kamu adalah seorang SEO specialist yang kerja untuk sebuah perusahaan katering untuk berbagai acara (nikah, seminar, dan lainnya).
Kalau konsumen atau audiens mau nyari bisnis katering yang sesuai, ini adalah beberapa contoh kueri yang mereka biasa ketik di Google:
- Jasa katering untuk pernikahan di kota A.
- Harga paket katering untuk pernikahan.
- Pesan katering untuk pernikahan halal.
- Tips memilih katering untuk pernikahan yang enak.
Nah, dari keempat contoh kueri di atas, kita bisa tahu kalau keyword keempat kueri tersebut adalah katering untuk pernikahan.
Mungkin setelah lihat contoh di atas, akan ada pertanyaan muncul…
“Kok search query keliatannya mirip banget ya sama long-tail keyword?”
Ya, search query memang sama seperti long-tail keyword kalau diketik di mesin pencari seperti Google.
Tapi, sekarang kueri sudah lebih variatif berkat makin ningkatnya penggunaan AI. Bentuknya pun sudah benar-benar seperti kalimat percakapan.
Alasannya karena audiens bisa mencari jawaban dari hal yang lebih kompleks di tool AI.
Kamu sudah bisa ngetik search query dalam bentuk percakapan ataupun studi kasus dan AI akan nemuin jawabannya – sesuatu yang gak bisa kamu lakuin di Google.
Jenis Search Query
Sebetulnya, pembagian jenis search query itu sama seperti keyword – sama-sama pakai search intent – transactional, commercial, dan informational.
Kamu bisa belajar lebih mendalam tentang search intent di artikel AndiLearn berikut:
- Apa Itu Search Intent? – Pengertian, Jenis, dan Pentingnya bagi SEO
- 3 Cara Mengetahui Search Intent dari Sebuah Keyword
Pahami Bedanya Search Query dan Keyword!
Search query atau kueri adalah frasa yang diketik oleh audiens di mesin pencari ataupun AI.
Paham apa yang mereka ketik dan cari bisa membantu kita untuk tahu apa kata kunci yang bisa kita optimasi di website serta membantu kita untuk buat konten yang tepat.
Kueri dan keyword itu berbeda – baik dari definisi ataupun penerapan.
Apapun frasa yang kamu cari di tool riset keyword sebetulnya adalah search query, bukan keyword.
Jadi, kalau kamu nemu frasa yang volumenya 0 menurut tool, itu gak bisa jadi tolak ukur kalau informasi/topik tersebut gak ada yang nyari.
Semoga insight ini bisa membantumu saat riset topik konten, ya!
Frequently Asked Questions (FAQ)
Apakah search query sama dengan long-tail keyword?
Search query bisa berbentuk long-tail keyword di mesin pencari. Tetapi, sekarang bentuknya lebih variatif, terutama dengan meningkatnya penggunaan AI.
Apakah keyword dengan volume 0 berarti tidak ada yang mencarinya?
Tidak selalu. Banyak search query dengan volume 0 masih bisa memberikan traffic jika sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Referensi
https://cmlabs.co/id-id/seo-terms/search-query
https://www.dailyseo.id/keyword-research/perbedaan-search-queries-dan-keywords/
https://www.semrush.com/blog/search-query/
https://www.searchenginejournal.com/understanding-difference-queries-keywords/126421/