Konten dan halaman website adalah hal yang harus terus dimonitor dalam optimasi SEO untuk menjamin kualitasnya.
Clicks ataupun average engagement time adalah dua contoh metriks yang sering kita pakai untuk menilai kualitas konten dan halaman website.
Sebetulnya, ada juga metrik lain yang bisa kita pakai untuk menilai kualitas konten ataupun halaman website – metrik tersebut adalah bounce rate.
Apa itu bounce rate? Apa yang bisa kita pelajari dari metrik ini?
Nah, semua pertanyaan di atas bisa kita temukan jawabannya di artikel ini!
Yuk, langsung saja kita mulai!
Belajar Apa Kita Hari Ini?
- 1 Apa Itu Bounce Rate
- 2 Faktor yang Memengaruhi Bounce Rate
- 3 Cara Menghitung Bounce Rate
- 4 Berapa Persentase Bounce Rate yang Baik?
- 5 Bounce Rate dan SEO – Apa Hubungannya?
- 6 Cara Cek Bounce Rate di Google Analytics
- 7 Cara Menurunkan Bounce Rate
- 7.1 1. Perhatikan Kecepatan Akses Halaman
- 7.2 2. Buat Desain yang Menarik
- 7.3 3. Tambahkan Konten Format Video atau Infografis
- 7.4 4. Tambahkan Internal Link
- 7.5 5. Manfaatkan Fitur Bold dan Quote
- 7.6 6. Buat Konten Berkualitas dan Memenuhi Search Intent
- 7.7 7. Hindari Popup atau Iklan Berlebihan
- 7.8 8. Optimasi Website untuk Perangkat Mobile
- 8 Yuk, Optimasi Bounce Rate Websitemu!
- 9 Frequently Asked Questions (FAQ)
Apa Itu Bounce Rate
Bounce rate adalah persentase pengunjung website yang hanya membuka satu halaman saat datang ke website.
Kalau ada audiens yang datang ke satu website kita tanpa melakukan klik, registrasi akun, ataupun pembelian – nah, itu yang dihitung sebagai bounce rate.
Definisi bounce rate sendiri sekilas memang mirip seperti pogo sticking. Padahal, keduanya adalah hal yang berbeda.
Perbedaan bounce rate dan pogo sticking yaitu:
- Bounce rate dihitung ketika audiens hanya mengunjungi satu halaman di dalam website.
- Pogo sticking terjadi saat audiens datang ke website namun langsung keluar lagi dengan sangat cepat.
Selain perbedaan di atas, kamu perlu tahu kalau bounce rate gak selamanya buruk.
Audiens bisa saja menghabiskan waktu cukup lama saat berada di satu halaman. Tapi, selanjutnya audiens pergi dari website.
Bounce rate seperti ini terjadi karena audiens murni gak menjelajahi website lebih dalam lagi.
Nah, kalau pogo sticking sudah pasti buruk karena audiens gak nemuin apa yang mereka mau cari di halamanmu.
Faktor yang Memengaruhi Bounce Rate
Ada beberapa faktor yang memengaruhi bounce rate, antara lain:
1. Internal Link
Faktor pertama yaitu penerapan internal link pada website. Halaman atau artikel yang gak ada internal linknya lebih berisiko untuk punya bounce rate tinggi.
2. Kualitas Konten atau Halaman Website
Kualitas konten atau halaman website punya peran penting dalam nentuin bounce rate.
Ada beberapa hal yang bisa memengaruhi kualitas konten atau halaman website – informasi yang ada di dalamnya, kecepatan akses, hingga desain (UI).
3. Tampilan Iklan/Popup
Kita semua tahu kalau sebagian website yang ada suka menampilkan iklan atau popup di halamannya.
Tapi, tampilan iklan atau popup yang berlebihan justru bisa ningkatin bounce rate karena audiens merasa terganggu.
4. Mobile Friendly
Saat ini, sebagian besar audiens berkunjung ke websitemu lewat perangkat mobile. Jadi, perhatikan websitemu agar mobile friendly ya!
5. User Experience
User experience yang mencakup kualitas konten atau halaman, kecepatan loading, desain, hingga accessability website di perangkat mobile juga bisa memengaruhi bounce rate.
Cara Menghitung Bounce Rate
Sebetulnya, cara menghitung bounce rate cukup simpel. Rumusnya yaitu:
Bounce Rate = Jumlah audiens yang membuka satu halaman / jumlah total audiens x 100%
Supaya lebih kebayang gimana caranya menghitung bounce rate, yuk lihat contoh di bawah.
Misalnya, kamu punya website dengan total kunjungan sebanyak 10.000 audiens. Nah, dari 10.000 audiens, ada 2.000 audiens yang cuma buka satu halaman saat datang ke websitemu.
Jadi, bounce ratenya adalah:
Bounce rate = 2.000 / 10.000 x 100% = 0,2 x 100% = 20%
Berapa Persentase Bounce Rate yang Baik?
Nah, setelah kita bahas pengertian sampai cara hitungnya, pertanyaannya sekarang adalah – berapa persentase bounce rate yang baik?
Menurut laporan dari RocketFuel, rata-rata bounce rate website berada di angka 41% hingga 51%.
Tapi, sebenarnya gak ada ukuran standar yang nentuin bounce rate yang baik – semuanya tergantung jenis website hingga sumber traffic.
Penulis nemuin artikel tentang bounce rate yang menarik banget dari Backlinko.
Artikel tersebut juga jelasin rata-rata bounce rate dari jenis website dan sumber traffic – lengkap dengan sumbernya.
Misalnya, laporan dari Custom Media Labs bilang kalau masing-masing jenis website punya bounce rate yang berbeda-beda pula.
Bisa kamu lihat dari gambar di atas, e-commerce punya bounce rate terendah (20% – 45%). Website kamus, blog, ataupun portal punya bounce rate tertinggi (65% – 90%).
Lalu, gimana kalau berdasarkan sumber traffic? Cukup menarik!
Menurut ConversionXL, sumber traffic yang berasal dari display (iklan visual) punya bounce rate terendah (56,5%), sedangkan traffic yang berasal dari email punya bounce rate terendah (35,2%).
Apa kabar organic traffic? Nah, ternyata punya bounce rate sebesar 43,6%. Lebih lengkapnya bisa kamu lihat di bawah.
Bounce Rate dan SEO – Apa Hubungannya?
Nah, sejak awal kita sudah dikasi tahu kalau bounce rate adalah salah satu parameter untuk memonitor performa SEO.
Sebetulnya, apa hubungannya antara metrik ini dengan SEO?
Banyak yang kalau bounce rate adalah salah satu indikator yang memengaruhi ranking konten di SERP.
Masih dari artikel yang sama di Backlinko, di sana dijelaskan kalau ada satu studi yang meneliti hubungan antara ranking dan bounce rate.
Tahu apa hasil studinya? Ternyata, ada hubungan antara bounce rate dengan ranking suatu halaman di SERP.
Seperti yang bisa kamu lihat di bawah – menurut studi ini, makin tinggi bounce ratenya ternyata makin rendah rank halaman tersebut.
Nah, perlu kamu ingat kalau inti dari optimasi SEO bagi sebuah website bisnis adalah untuk dapat pembeli dengan cara organik.
Adanya bounce rate adalah tanda kalau ada audiens atau calon konsumen yang gak convert ke halaman berikutnya untuk melakukan pembelian.
Jadi, dengan menurunkan bounce rate, secara gak langsung kamu bisa ningkatin peluangmu untuk memperoleh conversion.
Selain itu, bounce rate yang tinggi bisa jadi merupakan indikasi kalau ada sesuatu yang salah dengan kontenmu – desain, kecepatan website lambat, ataupun isi konten yang gak berkualitas.
Kenapa ada kata “bisa jadi”? Seperti yang kita bahas di atas, bounce rate gak selamanya buruk.
Intinya, bounce rate muncul kalau ada audiens yang cuma mengunjungi satu halaman saat mereka buka websitemu. Biasanya ini terjadi di artikel blog.
Apa tandanya kalau bounce rate di sebuah halaman itu gak buruk? Tandanya yaitu memang ada bounce rate – tapi average engagement timenya dan engagement ratenya tinggi.
Dua indikator lainnya tersebut adalah tanda kalau audiens tertarik dengan kontenmu. Apakah itu buruk? Tentu tidak.
Maka dari itu, bounce rate memang adalah salah satu metrik yang bisa kita liat untuk optimasi SEO.
Tapi, kita tetap perlu lihat metriks lainnya untuk menganalisis performa SEO secara utuh.
Cara Cek Bounce Rate di Google Analytics
Kamu bisa cek bounce rate halaman website di Google Analytics. Berikut adalah langkah-langkahnya:
1. Buka Google Analytics. Klik ‘Reports’ > ‘Engagement’ > ‘Landing Page’.
2. Lalu, klik ‘Customize report’ (lambang pensil di pojok kanan atas).
3. Klik ‘Metrics’.
4. Kemudian, ketik bounce rate di bagian ‘Add metric’.
5. Kamu bisa atur urutan tampilan datanya dengan klik dan geser tanda titik bulat 6 yang ada di sebelah tulisan metriksnya.
6. Kalau kamu rasa urutan datanya sudah sesuai, klik ‘Apply’.
7. Terakhir klik ‘Save’.
8. Kamu sudah bisa lihat bounce rate dari tiap halaman di websitemu.
Cara Menurunkan Bounce Rate
Kita sudah belajar bareng kalau bounce rate yang tinggi belum tentu artinya buruk – kamu harus lihat parameter lain agar bisa melihat performa SEO secara utuh.
Tapi, kalau kita bisa menurunkan metriks ini, terutama untuk website bisnis, peluang kita memperoleh conversion pun akan lebih tinggi.
Nah, ini dia beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk menurunkan bounce rate:
1. Perhatikan Kecepatan Akses Halaman
Cara pertama yang bisa kamu lakukan yaitu perhatikan kecepatan akses halaman di website.
Kecepatan akses (loading) yang cepat akan membuat audiens lebih betah berada di websitemu.
Kalau audiens betah, ini bisa ningkatin peluang mereka untuk menjelajahi halaman lainnya – sehingga bisa nurunin bounce rate.
2. Buat Desain yang Menarik
Gimana rasanya kalau kamu dateng ke website yang desainnya benar-benar gak menarik dan terkesan “ketinggalan zaman”? Malesin banget pastinya.
Nah, kamu bisa bikin website dengan desain yang menarik agar audiens betah dan tertarik untuk menjelajahi websitemu.
Gak perlu bagus-bagus – cukup gak bikin pusing dan terkesan modern.
Tapi, kalau kamu punya waktu dan manpower untuk bikin desain yang bagus, akan lebih baik lagi.
3. Tambahkan Konten Format Video atau Infografis
Selain kecepatan loading dan desain menarik, konten yang berisi foto, video, ataupun infografis juga bisa membuat pengalaman audiens lebih baik.
Konten yang diperkaya infografis, video, ataupun sekadar foto yang relevan akan membuat kontenmu lebih “hidup”. Tentu , ini juga akan ngebantu audiens agar mereka gak jenuh.
4. Tambahkan Internal Link
Sebagus-bagusnya website dan konten, kalau gak ada internal link, persentase bounce ratenya berisiko tinggi.
Tambahkan internal link agar audiens punya referensi baru terkait artikel yang relevan. Kalau audiens tertarik, bisa saja mereka mengklik internal linking tersebut.
5. Manfaatkan Fitur Bold dan Quote
Cara kelima yang bisa kamu lakukan untuk menurunkan bounce rate adalah manfaatin fitur bold dan quote saat bikin konten.
Kedua fitur tersebut bisa kamu pakai untuk membedakan satu kalimat dengan kalimat lainnya di kontenmu, misalnya kalimat inti atau yang kamu anggap penting.
Khusus quote, bisa kamu pakai untuk menandai kutipan.
Kelihatannya sepele – tapi, fitur sederhana ini bisa bikin tulisanmu lebih hidup dan punya jiwa.
Konten yang terkesan lebih hidup ini bisa ningkatin user experience di websitemu.
Kalau sudah bicara optimasi SEO – apapun itu – bikin konten berkualitas dan memenuhi search intent audiens pasti masuk dalam list.
Konten yang berkualitas akan bikin audiens percaya dengan kualitas dan kredibilitas informasi yang ada di websitemu.
Selain itu, konten berkualitas juga lebih besar kemungkinannya untuk dipromosikan oleh audiens.
Gak cuma kualitas isi konten – search intent audiens juga wajib kamu penuhi.
Sebagus-bagusnya kontenmu, kalau gak memenuhi search intent – audiens gak akan baca apalagi menjelajahi websitemu.
7. Hindari Popup atau Iklan Berlebihan
Popup atau iklan berlebihan ini menganggu banget. Dua hal ini bisa bikin audiens kesulitan saat membaca kontenmu karena pandangannya terhalang.
Kondisi seperti ini tentu bikin audiens gak senang dan segera ninggalin websitemu. Jadi, lebih baik hindari penggunaan iklan atau popup yang berlebihan di halaman websitemu.
8. Optimasi Website untuk Perangkat Mobile
Cara terakhir yaitu pastikan websitemu sudah teroptimasi di perangkat mobile. Kamu harus ingat kalau mayoritas audiens mengakses kontenmu lewat mobile.
Jadi, kamu harus bikin websitemu punya desain yang responsive, loadingnya cepat, dan ukuran elemennya sesuai.
Yuk, Optimasi Bounce Rate Websitemu!
Ada banyak banget metriks yang harus kita lihat untuk mengukur keberhasilan praktik SEO – salah satunya bounce rate.
Lewat bounce rate, kita bisa tahu berapa banyak audiens yang cuma melihat satu halaman saat mengunjungi website kita.
Bounce rate bisa jadi indikasi adanya masalah di konten atau websitemu. Tapi, kamu gak bisa menilai masalah tersebut cuma dari bounce rate.
Kamu juga harus lihat metriks lain agar lebih memahami kondisi website secara menyeluruh dan penilaianmu juga lebih akurat.
Karena, bounce rate yang tinggi gak selamanya merupakan kabar buruk.
Tapi, bukan berarti kita bisa abai dengan bounce rate tinggi. Usaha menurunkan bounce rate juga nawarin beberapa manfaat, utamanya ningkatin peluang conversion.
Meningkatnya conversion ini tentu penting banget untuk website bisnis – makin tinggi conversion, makin tinggi pula revenue bisnis tersebut.
Jadi, yuk optimasi bounce rate websitemu!
Frequently Asked Questions (FAQ)
Apakah bounce rate selalu buruk?
Tidak, bounce rate yang tinggi belum tentu buruk, terutama jika engagement time dan engagement rate tetap tinggi.
Apa perbedaan antara bounce rate dan pogo sticking?
Bounce rate terjadi saat pengunjung hanya membuka satu halaman, sementara pogo sticking terjadi ketika pengunjung keluar dengan cepat karena tidak menemukan apa yang dicari.
Beberapa cara termasuk mempercepat loading halaman, menambahkan internal link, dan memastikan website mobile-friendly.
Apakah bounce rate memengaruhi SEO?
Ya, bounce rate dapat memengaruhi peringkat di mesin pencari, namun perlu dilihat bersamaan dengan metrik lain seperti engagement rate.
Referensi
https://www.biznetgio.com/news/apa-itu-bounce-rate
https://redcomm.co.id/knowledges/memahami-bounce-rate-pada-website-dan-cara-menurunkannya
https://www.exabytes.co.id/blog/apa-itu-bounce-rate-adalah/
https://backlinko.com/hub/seo/bounce-rate
https://www.gorocketfuel.com/the-rocket-blog/whats-the-average-bounce-rate-in-google-analytics/
https://www.customedialabs.com/blog/bounce-rates/
https://conversionxl.com/guides/bounce-rate/benchmarks/