Bercerita sudah jadi cara paling ampuh untuk menjalin hubungan sosial sejak zaman dulu. Lewat cerita, kita bisa mengirim pesan dengan lebih efektif sekaligus bikin orang lain berkesan.
Nah, sifat alami manusia ini ternyata bisa kita adaptasi ke strategi marketing. Teknik tersebut biasa disebut storytelling.
Kita akan gali lebih dalam tentang storytelling lewat artikel ini, mulai dari fungsi hingga gimana cara menerapkannya di digital marketing.
Tanpa basa-basi, yuk kita bahas!
Belajar Apa Kita Hari Ini?
- 1 Apa Itu Storytelling?
- 2 Apa Fungsi Storytelling untuk Digital Marketing?
- 3 Apa Saja Manfaat Storytelling dalam Digital Marketing?
- 4 Elemen Penting dalam Storytelling
- 5 Struktur Storytelling
- 6 Gimana Caranya Melakukan Storytelling untuk Digital Marketing?
- 7 Pikat Audiens dengan Storytelling
- 8 Frequently Asked Questions (FAQ)
- 8.1 Apa bedanya storytelling sama copywriting biasa?
- 8.2 Apakah semua brand wajib pakai storytelling?
- 8.3 Emang storytelling bisa langsung ningkatin penjualan?
- 8.4 Gimana kalau audiensku beda-beda, bisa tetap pakai storytelling?
- 8.5 Apa storytelling cuma cocok buat konten sosial media?
- 8.6 Kalau brand-ku baru, storytelling masih relevan nggak?
Apa Itu Storytelling?
Storytelling adalah teknik atau cara dalam menyampaikan cerita. Berasal dari dua kata, story yang artinya “cerita” dan telling yang artinya “penceritaan”.
Orang yang menyampaikan cerita disebut storyteller. Kita bisa menyampaikan cerita baik dengan cara lisan maupun tulis.
Seperti yang sudah kita singgung dikit di intro, cerita sudah jadi bagian dari hubungan sosial manusia sejak zaman dulu. Bercerita bisa bikin kita akrab sama orang hingga bisa ngasi pesan secara efektif.
Hal ini juga gak terkecuali di digital marketing. Inti dari marketing adalah bikin target market atau audiens mau melakukan aksi yang kita inginkan.
Supaya tujuan kita tercepai, tentu mereka perlu percaya dulu sama kita. Nah, hal ini bisa dicapai kalau kita bisa menyampaikan pesan secara efektif.
Logis, gak?
Nah, salah satu cara komunikasi paling efektif ya lewat bercerita. Selanjutnya kita akan cari tahu apa saja fungsi storytelling secara detail.
Apa Fungsi Storytelling untuk Digital Marketing?
Berikut adalah penjelasan lengkap tentang fungsi storytelling. Apa saja?
- Ningkatin antusias audiens atau target market. Kalau mereka sudah antusias, kita akan lebih mudah dalam menyampaikan pesan.
- Pesan dari konten kita lebih mudah tersampaikan dan dipahami oleh audiens.
- Ningkatin engagement konten kita karena konten dalam bentuk cerita lebih mudah diingat.
- Membantuk karakter unik dari brand kita sekaligus membedakannya dengan brand lain.
Apa Saja Manfaat Storytelling dalam Digital Marketing?
Ada banyak banget manfaat yang bisa kita peroleh sebagai digital marketer kalau bisa nerapin storytelling dengan baik, berikut manfaatnya:
- Membangun koneksi emosional dengan audiens.
- Membangun brand awareness dan loyalitas pelanggan.
- Memengaruhi keputusan pembelian.
- Meningkatkan ROI.
Elemen Penting dalam Storytelling
Ada beberapa elemen penting yang harus kamu pahami dalam storytelling, apa saja?
1. Personalisasi
Personalisasi adalah proses menyesuaikan konten cerita kita dengan pengalaman, pain points, hingga kebutuhan audiens/target market.
Supaya bisa melakukan personalisasi, kita perlu informasi tentang audiens tersebut.
Kenapa kita perlu melakukan ini?
Simpel. Alasannya karena salah satu sifat dasar manusia adalah peduli pada dirinya sendiri.
Saat kontenmu benar-benar paham pengalaman, tantangan, dan kebutuhan audiens, mereka akan merasa didengar sekaligus lebih terhubung secara emosional dengan brandmu.
2. Emosi
Emosi itu penting banget agar kontenmu terkesan lebih hidup dan nyata di mata audiens.
Cerita yang mengandung emosi bisa bikin emosi audiens lebih gampang tergugah, sehingga bisa menumbuhkan empati dan akhirnya berdampak pada keputusan pembelian mereka.
Nah, sekarang kamu perlu tahu dulu emosi apa yang ingin kamu sajikan ke dalam konten-kontenmu. Ini bisa kamu ketahui dari brand personality dan kebutuhan dari audiensmu.
Misalnya saja kaya Nike yang konten-kontennya kuat dengan emosi motivasi. Lalu, ada juga Coca-Cola yang kuat dengan emosi kebahagiaan dan kebersamaan.
Jadi, antara brand personality, solusi (produk atau jasa), dan kebutuhan audiens itu nyambung.
3. Data Pendukung
Penggunaan data dari dulu sudah terkenal efektif dalam memperkuat cerita atau pesan. Data ini bisa kamu temukan di berbagai riset.
Data yang bisa kamu masukkan pun bisa beragam. Misalnya, data tentang kepuasan pelanggan ataupun tentang masalah yang audiens hadapi.
Misalnya kaya brand Pepsodent yang ngasi data tentang penderita gigi berlubang ataupun tentang manfaat dari kandungan yang ada di dalam pasta giginya.
Struktur Storytelling
Kamu perlu paham dulu yang namanya struktur storytelling agar bisa bikin konten dengan cerita yang ngalir dan runut.
Sebetulnya sama seperti struktur pada storytelling umum. Tapi, ada sedikit penyesuaian konteks untuk digital marketing. Nah, apa saja strutur tersebut?
1. Hook
Hook adalah bagian di mana storyteller mengangkat fakta yang berhubungan dengan masalah, pain points, atau kebutuhan yang audiens miliki. Tujuannya untuk menangkap perhatian audiens dengan cepat.
Ada beberapa teknik yang bisa kamu coba untuk bikin hook ini, misalnya:
- Start false: Menyampaikan kesalahan yang “mungkin” audiens lakukan di masa lalu. Bisa kamu buat dalam bentuk naratif.
- Sparkline: Menyampaikan perbedaan antara dunia nyata dengan harapan audiens. Bisa kamu buat dalam bentuk pertanyaan ataupun naratif.
- Monomyth: Teknik yang menggunakan tokoh utama (hero) yang berjuang mencapai keinginannya. Biasanya bisa kamu temukan di konten iklan dalam bentuk video.
Beberapa contoh penerapan bagian ini di dalam konten digital marketing yaitu bikin judul dan kalimat pertama intro untuk artikel ataupun headline dalam copywriting.
2. Complication
Complication atau konflik adalah bagian yang berfungsi untuk memaparkan masalah, pain points, atau kebutuhan audiens dengan lebih detail.
Nah, di sinilah emosi audiens mulai tergugah dan merasa…
“Wah, ini mah aku banget!”
3. Resolution
Resolution adalah bagian di mana kamu akan memaparkan solusi beserta informasi pendukung yang mendukung keunggulan produk/jasamu.
4. Call to Action
Karena ini konteksnya untuk konten digital marketing, selalu ingat untuk nambahin call to action di bagian akhir. Tujuannya agar audiens segera melakukan aksi yang kita inginkan.
Gimana Caranya Melakukan Storytelling untuk Digital Marketing?
Oke, kita sudah bahas storytelling mulai dari fungsi hingga strukturnya. Lalu, gimana caranya melakukan storytelling untuk digital marketing?
1. Tentukan Tujuan dan Pesan Utama Kontenmu
Langkah pertama yaitu tentukan dulu apa tujuan dan pesan utama yang ingin kontenmu bawa ke audiens.
Apakah kamu mau mengenalkan brand? Melakukan edukasi? Atau mendorong pembelian? Pastikan dulu tujuannya agar alur kontenmu jelas.
2. Kenali Siapa Audiensmu
Kamu harus kenal siapa audiensmu agar bisa bikin konten yang benar-benar relate dengan mereka. Cari tahu apa preferensi, masalah, kebutuhan, dan pain points yang mereka alami.
Semua informasi tersebut bisa membantumu untuk bikin konten yang personal dan relevan. Gaya bahasa pun juga bisa kamu sesuaikan dengan profil audiensmu.
3. Pakai Struktur Storytelling sebagai Kerangka
Kamu bisa pakai struktur storytelling yang sudah kita bahas sebelumnya sebagai kerangka. Tujuannya agar kamu bisa bikin konten lebih cepat.
Struktur storytelling tersebut bisa kamu pakai untuk berbagai jenis konten seperti TikTok, Reels, sampai YouTube Shorts.
Pikat Audiens dengan Storytelling
Storytelling adalah teknik jitu untuk bikin konten digital marketing yang memikat audiens. Konsepnya simpel, semua orang suka mendengar cerita, apalagi yang relate dengan mereka.
Lewat storytelling, kamu bisa bikin konten untuk branding, ningkatin loyalitas pelanggan, sampai menarik minat audiens untuk melakukan aksi yang kamu mau.Yuk, bikin kontenmu lebih advance dan mulai pikat audiensmu dengan storytelling!
Frequently Asked Questions (FAQ)
Apa bedanya storytelling sama copywriting biasa?
Copywriting fokus pada ajakan langsung (jual, ajak klik, dll.), sedangkan storytelling lebih ke bangun cerita yang bikin audiens relate dulu.
Apakah semua brand wajib pakai storytelling?
Gak wajib, tapi kalau mau brand kamu lebih menonjol, storytelling itu senjata ampuh.
Emang storytelling bisa langsung ningkatin penjualan?
Jarang instan. Storytelling lebih ke bangun hubungan emosional dulu. Tapi kalau konsisten, hasil akhirnya bisa memengaruhi keputusan beli dan ningkatin loyalitas pelanggan.
Gimana kalau audiensku beda-beda, bisa tetap pakai storytelling?
Bisa banget. Kuncinya di personalisasi.
Apa storytelling cuma cocok buat konten sosial media?
Gak. Storytelling bisa dipakai di mana aja: artikel blog, email marketing, video, bahkan landing page.
Kalau brand-ku baru, storytelling masih relevan nggak?
Justru penting banget. Storytelling bisa bantu bangun brand awareness sejak awal, kasih “karakter” unik ke brand, dan bikin audiens cepat inget kamu.