Mengenal Taksonomi Website – Apa Dampaknya terhadap SEO?

Mengenal Taksonomi Website – Apa Dampaknya terhadap SEO?

Apa yang terlintas di kepalamu pertama kali kalau mendengar kata “taksonomi”?

Bagi siapapun yang belajar IPA, khususnya biologi, pasti ingat tentang klasifikasi semua jenis mahluk hidup di bumi. Tapi, taksonomi gak cuma ada di biologi. Istilah ini juga ada di dunia SEO.

Ya, kalau belajar SEO, kamu harus tahu yang namanya taksonomi website. Istilahnya dalam bahasa Inggris yaitu site taxonomy.

Apa itu? Apakah hal ini ada hubungannya dengan klasifikasi juga?

Pada artikel ini, kamu akan belajar banyak tentang site taxonomy agar SEO  websitemu makin optimal – pengertian, contoh taksonomi yang baik, tips optimasi, hingga cara buatnya.

Sudah siap?

Apa Itu Taksonomi Website

Site taxonomy atau taksonomi website adalah struktur yang ada pada sebuah website.

Struktur ini berfungsi untuk mengklasifikasikan halaman berdasarkan kategori tertentu agar audiens mudah menavigasi konten di website.

Ya, site taxonomy ini memang masih ada hubungannya dengan klasifikasi. Tapi, tentu saja klasifikasinya jauh berbeda seperti yang ada di biologi.

Selain itu, pengelompokkan kategori halaman ini bisa ngebantu kita dalam mendesain website agar lebih UX friendly.

Gak cuma itu, taksonomi website juga salah satu langkah dalam optimasi SEO. Google manfaatin struktur ini sebagai panduan untuk paham hubungan dan isi konten websitemu.

Jadi, ada beberapa keuntungan dari menjalankan taksonomi website dengan baik – website lebih UX friendly serta audiens dan Google gampang menavigasi website.

Peran Taksonomi Website dalam SEO

Berikut adalah peran taksonomi website dalam mengoptimasi SEO, antara lain:

1. Merapikan Struktur Konten Website

Peran site taxonomy yang pertama adalah bisa merapikan struktur konten yang ada di website. Kamu bisa mengklasifikasi konten berdasarkan jenisnya.

Beberapa kategori atau jenis ini pun beragam. Misalnya blog, layanan, event, dan lain sebagainya.

Lalu, bisa juga kategori ini berdasarkan format konten – artikel, podcast, video, berita, dan lain sebagainya.

2. Meningkatkan Kualitas Website

Taksonomi website juga bisa bikin websitemu lebih berkualitas secara keseluruhan.

Seperti yang sudah kita bahas sebelumnya, ada beberapa hal yang jadi faktor peningkatan kualitas website – lebih UX friendly serta mudah dinavigasi oleh audiens dan crawlers.

Navigasi yang mudah ini tentu akan bikin audiens senang saat menjelajahi websitemu. Google pun juga akan cepat paham dengan isi websitemu secara keseluruhan.

Hal ini pun pada akhirnya juga bisa naikkin value websitemu di mata Google, sehingga performa SEO pun ikut naik.

Jenis Taksonomi Website

Ada beberapa jenis taksonomi website yang perlu kamu ketahui. Apa saja?

1. Flat Taxonomy

Flat taxonomy adalah struktur website yang sederhana dan kategorinya punya tingakatan hierarki yang sama.

Contohnya, website yang punya halaman seperti “Layanan”, “Blog”, “Tentang Kami”, “Event”, “Testimoni”, dan lain sebagainya.

2. Hierarchical Taxonomy

Hierarchical taxonomy adalah istilah yang merujuk ke struktur website yang punya tingkatan dari paling umum hingga paling spesifik.

Website yang berfokus ke toko online, blog, ataupun media berita pasti punya hierarchical taxonomy ini.

Misalnya saja, pada website blog tentang bisnis dan salah satu kategorinya yaitu digital marketing.

Nah, subkategori turunan dari digital marketing itu contohnya adalah SEO, SEM, media sosial, content marketing, KOL, dan lain sebagainya.

3. Facet Taxonomy

Facet taxonomy adalah struktur konten yang memungkinkan sebuah konten bisa masuk ke berbagai jenis kategori secara berbeda.

Struktur konten jenis ini biasanya sering kamu temukan di website e-commerce.

Kamu pernah liat fitur filter yang ada di e-commerce? Biasanya filter itu berdasarkan lokasi toko, harga, layanan gratis ongkir, jenis barang, rating, dan lain sebagainya.

Nah, fitur filter itu bisa kita sebut sebagai faceted navigation. Fitur inilah yang memungkinkan suatu website menerapkan facet taxonomy.

Misalnya, ada sebuah baju kaos tokonya di Jakarta, harganya 50 ribu, punya layanan gratis ongkir, dan ratingnya 4,7.

Apapun filter yang kamu pilih, baju tersebut akan muncul kalau memenuhi semua persyaratan yang kamu masukkan di faceted navigation.

Beberapa contoh kategori yang memungkinkan baju tersebut masuk yaitu.

  • Toko baju di Jakarta dan rating di atas 4,5.
  • Harganya di bawah 100 ribu, gratis ongkir, dan ratingnya di atas 4.
  • Toko baju di Jakarta dengan layanan gratis ongkir.

Sebetulnya, ada banyak banget kombinasi kategori yang memungkinkan baju itu untuk masuk.

4. Network Taxonomy

Jenis taksonomi website yang terakhir adalah network taxonomy. Sama halnya dengan facet taxonomy, jenis taksonomi ini sering kamu temukan di e-commerce.

Network taxonomy ini membuat satu kategori khusus untuk konten-konten yang berasal dari kategori yang berbeda-beda.

Biasanya, ada satu parameter yang membuat konten-konten dari kategori beda ini bisa dijadikan ke satu kategori khusus.

Kamu pernah lihat kategori “Terpopuler”, “Terbaru”, atau “Hot Sale”? Nah, itu adalah contoh network taxonomy di e-commerce.

Contoh Taksonomi Website

Kamu bisa tahu gimana taksonomi suatu website dari URL halamannya.

URL halaman bisa mencerminkan subfolder yang ada di dalam strukturnya. Berikut adalah contoh taksonomi website yang bagus, antara lain:

https://contoh.com/blog/topik/judul-konten

Kalau kamu lihat contoh di atas, URL tersebut mencerminkan site taxonomy yang bagus karena gak banyak pakai subfolder. Hal ini bisa ngebantu crawlers saat mengenal kontenmu.

Lalu, gimana contoh penerapan site taxonomy yang buruk di URL? Berikut adalah contohnya.

https://contoh.com/blog/category/topic/2024/01/31/judul-konten

Contoh URL diatas punya terlalu banyak subfolder di URLnya. Hal ini bikin crawlers jauh lebih susah untuk mengenal kontenmu.

Jadi, pastikan pakai subfolder secukupnya di URL agar crawlers lebih optimal saat mengenal kontenmu.

Tips Jitu Membuat Taksonomi Website

Site taxonomy yang bagus adalah salah satu syarat agar website bisa teroptimasi SEO. Nah, apa saja tips jitu agar kamu bisa buat taksonomi website yang bagus?

1. Buat Taksonomi Sesimpel Mungkin

Tips jitu yang pertama adalah kamu harus punya mindset yaitu harus buat taksonomi sesimpel mungkin.

Adanya taksonomi website memungkinkan audiens dan crawlers bisa menavigasi websitemu dengan lebih gampang.

Taksonomi yang ribet dan panjang gak akan pernah bisa membantu audiens dan crawlers. Jadi, buat site taxonomy yang simpel saja, ya! 

2. Lakukan Riset Keyword

Proses menyusun site taxonomy pasti melibatkan pembuatan content pillar. Nah, salah satu pekerjaan wajib saat membuat content pillar adalah melakukan riset keyword.

Riset kata kunci adalah langkah awal yang wajib kamu lakukan untuk optimasi SEO.

Tujuan riset ini agar kamu bisa nyusun topik/kategori pembahasan sekaligus apa saja artikel yang ada di dalamnya.

Selain riset, kamu juga bisa nerapin content silo agar proses pengumpulan keyword jadi jauh lebih gampang.

6 Cara Riset Keyword Paling Jitu – Capai Ranking 1 di Google!

3. Buat Content Pillar yang Mapan

Menyambung poin nomor 2, tips ketiga yaitu dengan membuat content pillar yang mapan bagi website.

Content pillar yang mapan maksudnya adalah content pillar yang kategorinya bisa mewakili atau menggambarkan artikel yang ada di dalamnya.

Misalnya, sebuah website digital marketing punya salah satu kategori di dalam content pillarnya – SEO.

Nah, kategori SEO ini nantinya harus bisa menggambarkan konten yang berhubungan dengan SEO. Jangan sampai nama kategorinya SEO, isinya tentang ranah digital marketing lain.

Content Pillar – Solusi Ide Konten Ngalir Terus

4. Buat Struktur URL yang Jelas

Tips jitu yang terakhir adalah dengan buat struktur URL yang jelas. Buatlah struktur URL yang menggambarkan kategori yang ada di websitemu.

Coba kita pakai contoh URL yang tadi, misalnya seperti di bawah ini.

https://contoh.com/blog/category/topic/2024/01/31/judul-konten

Seperti yang sudah sempat kita bahas sebelumnya, itu adalah contoh struktur URL yang kurang baik.

Penyebab hal itu karena URL dikategorikan berdasarkan tanggal, bukan kategori topik. Tentu, hal tersebut gak nunjukkin relevansi tiap konten yang ada.

Cara Membuat Taksonomi Website

Cara membuat taksonomi website sebetulnya gak sulit. Berikut adalah caranya:

1. Pakai Plugin

Cara pertama yaitu dengan mengandalkan plugin kalau kamu pakai CMS WordPress. Contoh plugin tersebut adalah Post Type UI.

Kamu cuma perlu install dan request activate pluginnya. Setelah pluginnya aktif, buka menu CPT UI dan tambahkan taksonomi website di sana.

2. Tambah Function.PHP di Website

Cara kedua terbilang lebih rumit karena ngelibatin koding – tambah function.PHP. Pastikan kamu punya sedikit pemahaman tentang kodingan kalau kamu mau pake cara ini.

Kalau misalnya kamu gak paham ngoding? Gak masalah.

Kamu bisa minta tolong ke website developer untuk bikin taksonomi website.

Yuk, Optimasi Taksonomi Websitemu!

Taksonomi website atau site taxonomy adalah struktur yang ada pada sebuah situs.

Struktur ini berfungsi untuk memudahkan audiens dan crawlers dalam memahami isi websitemu. Hal ini tentu bisa naikin performa SEO.

Ada beberapa cara jitu untuk membuat taksonomi website – buat struktur sesimpel mungkin, buat content pillar, riset keyword, hingga buat struktur URL yang ringkas dan jelas.

Frequently Asked Questions (FAQ)

Taksonomi yang baik bisa memudahkan navigasi, memudahkan Google mengindeks situs, dan meningkatkan kualitas SEO secara keseluruhan.

Flat, hierarchical, facet, dan network taxonomy.

Buat struktur sederhana, lakukan riset keyword, dan susun URL yang jelas.

 

Referensi

https://cmlabs.co/id-id/seo-terms/taksonomi-website-adalah

https://whello.id/tips-digital-marketing/taksonomi-website/

https://www.dailyseo.id/on-page/technical/taksonomi-website-taxonomy-seo/

Yuk, Bagikan ke Lebih Banyak Orang!

Artikel Menarik Lainnya!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *