Memahami Core Web Vitals sebagai Elemen Penting dalam SEO

Memahami Core Web Vitals sebagai Elemen Penting dalam SEO

Kecepatan dan stabilitas akses adalah salah satu parameter yang ngaruh ke performa SEO website. Kalau aksesnya cepat, performa SEOnya pun meningkat dan begitu pula sebaliknya.

Google sendiri punya panduan untuk menilai apakah suatu website punya kecepatan akses yang baik atau tidak. Panduan tersebut adalah core web vitals (CWV).

Kecepatan akses website penting banget untuk kamu perhatikan karena hal ini gak cuma bagus untuk SEO, tapi juga untuk pengalaman user.

Pada artikel ini, kita sama-sama akan memahami CWV dengan tuntas – definisi, fungsi, metriks penting, cara mengukur, metriks lain, hingga cara optimasinya.

Tanpa basa-basi, yuk langsung saja kita bahas!

Apa Itu Core Web Vitals?

Core web vitals (CWV) adalah istilah yang merujuk ke beberapa metriks yang nunjukkin kecepatan loading, stabilitas halaman, respons elemen yang ada di website.

Metriks-metriks ini dipakai Google unutk nentuin page experience dari suatu website – yang nantinya akan dijadikan indikator dalam nentuin kualitas SEO.

Menurut artikel dari Chromium Blog, kemungkinan audiens akan ninggalin website menurun hingga 24% kalau website tersebut mengoptimasi metriks CWV.

Fungsi Core Wev Vitals

Fungsi utama core web vitals adalah sebagai panduan dan bahan evaluasi bagi pemilik website dalam mengoptimasi kecepatan situsnya.

Selain itu, CWV juga bisa pemilik website gunakan untuk mengetahui bagian apa saja yang bisa mereka perbaiki agar website mereka tidak lambat dan lebih user friendly.

Apalagi, kita semua sudah tahu kalau Google sangat memprioritaskan faktor user friendly sebuah website – baik di desktop ataupun mobile – untuk nentuin ranking dan performa SEO.

Jadi, metriks yang ada di core web vitals pun penting banget untuk kamu perhatikan.

3 Metriks Utama di Core Web Vitals

Metriks utama di core web vitals
Sumber: LinkedIn

Ada tiga metriks utama di core web vitals yang harus kamu benar-benar perhatiin. Apa saja?

1. Largest Contentful Paint (LCP)

Sesuai dengan namanya, largest contentful paint (LCP) adalah berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memuat elemen terbesar yang ada di sebuah page.

Elemen ini bisa dalam bentuk video, foto, ataupun teks – intinya yang terbesar. Metriks ini bisa kamu jadiin parameter untuk menilai waktu loading halaman.

Perlu kamu ingat – meskipun di pagemu ada beberapa elemen yang ukurannya besar, metriks ini cuma ngukur satu elemen yang paling besar.

Standar skor LCP yang bagus adalah kurang dari 2,5 detik.

Largest contentful paint (LCP)
Sumber: web.dev

2. Interaction to Next Paint (INP)

Interaction to next paint (INP) adalah waktu yang website perlukan secara keseluruhan untuk merespon interaksi dari user seperti klik atau input lainnya.

INP ini adalah metriks utama baru dalam core web vitals yang menggantikan First Input Delay (FID).

Kalau INP ini menilai respon website secara keseluruhan, FID cuma menilai respon pertama website.

Makin rendah skornya, artinya makin cepat pula website bisa merespon interaksi dari user. Skor INP websitemu sudah dianggap bagus kalau kurang dari 200 milidetik.

3. Cumulative Layout Shift (CLS)

Cumulative layout shift (CLS) adalah metriks yang digunakan untuk menilai stabilitas visual di suatu halaman.

Metriks ini juga bisa mengecek apakah ada perubahan tata letak yang gak terduga di halaman websitemu.

Misalnya, gambar atau teks di pagemu tiba-tiba geser ke bawah saat loading. Hal ini cukup menjengkelkan karena user bisa saja justru mengklik tombol atau elemen lain.

Kamu sendiri pernah merasakannya?

Metriks CLS di websitemu bisa dikatakan bagus kalau skornya bisa kurang dari 0,1.

Cara Mengukur Core Web Vitals

Cara mengukur core web vitals sebetulnya cukup mudah. Kamu bisa cek di beberapa tools seperti.

  • Google Search Console (GSC).
  • Google PageSpeed.
  • Chrome Web Vitals Extension.
  • Chrome UX Report.

Biasanya, yang paling sering dipakai adalah GSC dan Google PageSpeed.

Kalau mau lihat CWV di Google Search Console, kamu tinggal klik bagian “Core Web Vitals” di bagian “Experience”.

Skor CWV yang tampil di sini berasal dari hasil interaksi websitemu dengan user. Jadi, datanya berasal dari audiensmu langsung.

Tapi, GSC cuma bisa ngasi data CWV secara menyeluruh kalau websitemu sudah punya cukup banyak traffic.

Website yang trafficnya masih sedikit akan muncul tulisan “Not enough usage data in the last 90 days for this device type” di bagian CWVnya.

Meskipun kamu gak tahu skor CWV website di GSC, kamu masih bisa ngelakuin pengujian di Google PageSpeed.

Kamu tinggal masuk ke Google PageSpeed, masukkan URL domainmu, dan Google pun akan mengukur seberapa baik metriks core web vitals dari websitemu.

Metriks Lain yang Perlu Kamu Perhatikan

Selain tiga metriks utama yang sudah kita bahas, ada juga metriks lain yang perlu kamu perhatikan agar websitemu lebih optimal. Apa saja?

1. First Input Delay (FID)

First Input Delay (FID) adalah waktu yang website perlukan untuk merespon interaksi pertama dari user. Umumnya, interaksi ini dalam bentuk klik.

Interaksi seperti zoom ataupun scroll gak dianggap sebagai parameter FID. Skor FID yang bagus adalah kurang dari 100 milidetik.

Tapi, sayangnya, metriks ini bergantung banget ke user. Pasalnya, kalau user cuma scrolling tanpa klik apapun, skor FID bisa jadi jelek banget.

Faktor lainnya bisa juga karena jaringan atau koneksi user yang lemot. Nah, ini bisa juga mempengaruhi skor FID.

Meskipun websitemu sudah optimasi sedemikian rupa, tapi risiko websitemu dapat skor buruk di FID jadi besar.

Metriks FID ini dulunya jadi salah satu metriks utama di core web vitals. Tapi, sejak Maret 2024 sudah diganti oleh INP.

2. First Contentful Paint (FCP)

Beda dengan largest contentful paint (LCP), first contentful paint (FCP) adalah metriks yang mengukur seberapa cepat website memuat elemen pertama yang muncul di page.

Elemennya pun beragam – bisa video, teks, file, hingga foto. Tapi, biasanya elemen yang sering jadi penilaian FCP adalah teks karena sizenya paling kecil dan ringan.

Skor FCP yang bagus adalah kurang dari 1,8 detik.

3. Speed Index (SI)

Speed index (SI) adalah durasi yang website perlukan untuk menampilkan semua elemen di dalam viewport. Skor SI yang bagus adalah kurang dari 3,4 detik.

4. Time to First Byte (TTFB)

Time to first byte (TTFB) adalah metriks yang mengukur durasi server websitemu mengirimkan respon ke pengguna. Makin singkat durasinya, makin cepat pula halaman tampil.

5. Total Blocking Time (TBT)

Total blocking time (TBT) adalah total waktu ketika sebuah halaman tidak bisa merespon input dari user karena diblokir. Skor TBT yang bagus adalah 200 milidetik.

6. Time to Interactive (TTI)

Time to interactive (TTI) adalah metriks yang nunjukkin berapa lama durasi yang halaman perlukan agar bisa sepenuhnya interaktif atau bisa menerima respon.

Skor TTI yang bagus adalah kurang dari 3,8 detik.

Cara Optimasi Skor Core Web Vitals

Ada banyak banget cara yang bisa kamu pakai untuk optimasi skor di core web vitals – tergantung metriks apa yang ingin kamu optimasi.

Misalnya saja, kalau kamu mau optimasi LCP, beberapa hal yang bisa kamu lakukan adalah mengatasi isu lazy loading, memakai CDN, ataupun optimasi size gambar.

Beda halnya kalau mau optimasi FID. Cara yang bisa kamu lakukan yaitu dengan mengoptimasi kinerja file JavaScript.

Solusi dari semua permasalahan terkait core web vitals sebetulnya akan dijelaskan saat kamu memeriksanya di Google PageSpeed.

Saat kamu sudah dapat hasil performa CVW, masing-masing problem tersebut nanti akan diberikan solusinya oleh Google PageSpeed. Seperti contoh gambar di bawah ini.

Tampilan Google PageSpeed
Tampilan Google PageSpeed

Kamu juga bisa manfaatin plugin untuk optimasi core web vitals – kalau kamu pakai CMS WordPress. Plugin tersebut adalah LiteSpeed Cache.

Plugin tersebut menyediakan berbagai fitur untuk mengoptimasi CWV websitemu – optimasi CDN, foto, cache, dan lain sebagainya.

Aplikasinya pun gampang banget dan kamu bisa cari cara settingnya di YouTube. Banyak!

Penulis sendiri pun juga memakai plugin tersebut untuk optimasi core web vitals di AndiLearn.

Perhatikan Core Web Vitals Agar Website Teroptimasi!

Google punya berbagai parameter untuk menilai performa SEO suatu website, salah satunya dari kecepatan dan stabilitasnya.

Core web vitals (CWV) adalah panduan yang bisa kamu pakai untuk memeriksa kecepatan dan stabilitas dari websitemu. Panduan ini sendiri berasal dari Google – jadi, parameternya pun valid.

Ada banyak banget metriks di CWV. Tapi, tiga metriks utamanya yaitu LCP, INP, dan CLS.

Tiap metriks menilai komponen yang berbeda di website. Misal, LCP menilai waktu loading, INP menilai respons halaman, dan CLS menilai pengalaman visual.

Perbedaan ini nantinya membuat tiap metriks punya cara yang berbeda-beda dalam optimasinya. Cara optimasinya bisa kamu cari tahu setelah kamu cek performa websitemu di Google PageSpeed.

Optimasi CWV ini gak cuma penting untuk performa SEO, tapi juga untuk pengalaman user saat berkunjung ke websitemu.

Frequently Asked Questions (FAQ)

Fungsi utama core web vitals adalah membantu dan sebagai bahan evaluasi bagi pemilik website dalam mengoptimasi kecepatan situsnya.

Ada beberapa tools yang bisa membantumu untuk mengukur core web vitals seperti GSC, Google PageSpeed, Google Web Vitals Extension, dan Chrome UX Report

Tergantung metriks apa yang ingin kamu optimasi, caranya bisa beda-beda. Misalnya, kalau mau optimasi LCP, solusinya yaitu atasi isu lazy loading, memakai CDN, ataupun optimasi size gambar.

 

Referensi

https://developers.google.com/search/docs/appearance/core-web-vitals

https://support.google.com/merchants/answer/14295874

https://www.hostinger.co.id/tutorial/core-web-vitals

https://www.niagahoster.co.id/blog/core-web-vitals/

https://blog.chromium.org/2020/05/the-science-behind-web-vitals.html

https://cmlabs.co/id-id/news/core-web-vitals-bawa-inp-pada-search-console

Yuk, Bagikan ke Lebih Banyak Orang!

Artikel Menarik Lainnya!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *